Jakarta Diprediksi Tenggelam 2050: Ancaman Nyata atau Sekadar Peringatan?

WhatsApp Image 2024-12-27 at 16.09.30 (1)

Jakarta, pendawainvestigasi.com – Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengungkapkan peringatan serius bahwa Jakarta berpotensi tenggelam pada tahun 2050. 

Ancaman ini disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang semakin parah, terutama akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan. Saat ini, sebagian besar masyarakat Jakarta masih sangat bergantung pada air tanah sebagai sumber utama kebutuhan hidup mereka.

Penurunan Tanah yang Mengkhawatirkan
Hanif menjelaskan bahwa pengambilan air tanah secara masif telah mempercepat penurunan muka tanah (land subsidence) di Jakarta, yang memicu banjir dan bencana lingkungan lainnya.

“Hari ini, setiap tahunnya permukaan tanah di Jakarta turun sekitar 10 sentimeter. Bahkan, di beberapa wilayah mencapai hingga 30 sentimeter,” ungkap Hanif saat menghadiri kegiatan penanaman bibit pohon di kawasan DAS Ciliwung, Puncak, Bogor, Kamis (16/1/2025).

Jika tren ini terus berlanjut, Hanif memperkirakan bahwa dalam 10 tahun ke depan, permukaan tanah di Jakarta dapat turun hingga 3 meter. “Artinya, pada tahun 2050 Jakarta diprediksi akan tenggelam,” tambahnya.

Faktor Penyebab: Gedung Tinggi dan Kenaikan Permukaan Air Laut
Selain eksploitasi air tanah, pembangunan gedung-gedung bertingkat yang masif di Jakarta turut mempercepat penurunan tanah. Sementara itu, perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut semakin memperburuk situasi.

“Pengambilan air tanah yang berlebihan dan bertambahnya gedung-gedung membuat tanah terus turun. Ditambah lagi, permukaan air laut yang semakin naik menciptakan kombinasi berbahaya yang mengancam keberlangsungan Jakarta,” jelas Hanif.

Solusi: Mengembalikan Fungsi DAS Ciliwung
Untuk mengatasi ancaman ini, Hanif menekankan pentingnya mengembalikan fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sebagai sumber kehidupan masyarakat Jakarta. Sungai ini, menurutnya, bisa menjadi alternatif pengganti air tanah yang selama ini digunakan secara berlebihan.

“Jika kita tidak mengembalikan fungsi DAS Ciliwung untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Jabodetabek, maka kita sedang merancang bencana yang jauh lebih besar,” ujar Hanif.

Ia juga berharap dengan pemulihan fungsi Ciliwung, kebutuhan air masyarakat dapat terpenuhi tanpa harus terus-menerus mengandalkan eksploitasi air tanah. (Nps)